Skip to main content

LO KHENG HONG MENYULAP SAHAM KERTAS


Artikel Lukas Setia Atmaja (LSA) ini pernah diterbitkan di Kolom Wake Up Call harian KONTAN. Hasil interview LSA dengan Lo Kheng Hong.

IG: hungrystock

IG: lukas_setiaatmaja


Januari 2017, Lo Kheng Hong (LKH) membeli 31,7 juta saham PT. Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk (INKP). Indah Kiat adalah perusahaan multinasional yang memproduksi kertas dan pulp. Didirikan pada tahun 1981, perusahaan ini menjadi perusahaan publik pada tahun 1990.

Mengapa LKH tertarik membeli saham INKP yang sudah bertahun-tahun tidak naik harganya? (Lihat Grafik Harga Saham INKP). Dari tahun 2010 hingga 2016, harga saham INKP cenderung stabil di harga Rp1.000.

Saham PT. Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk (1990 – 2019)


Sumber: www.reuters.com

“Karena membeli saham INKP di Januari 2017, maka saya melihat laporan keuangan INKP per akhir September 2016,” Kata LKH. Ia melihat laba bersih INKP sebesar USD 97 juta. Sedangkan laba bersih di akhir Juni 2016 adalah USD 45 juta. Artinya laba bersih selama Kwartal 3 (Juli hingga September) adalah USD 52 juta. Dengan kurs Rp13.300 per USD saat itu, laba Kwartal 3 INKP adalah Rp 691,6 Milyar (dari 52 juta x 13.300). Jumlah saham beredar INKP saat itu adalah 5,47 milyar. Maka selama Kwartal 3 tahun 2016, laba bersih per saham atau earnings per share (EPS) INKP adalah Rp126. Jika disetahunkan menggunakan EPS terbaru (Kwartal 3) ini, EPS INKP adalah Rp504 (dari 126 x 4). “Jika harga sahamnya Rp1.000 dan EPS setahun  ke depan bisa mencapai Rp 504, maka Price Earnings Ratio (PER) hanya 2 kali. Ini murah sekali. Salah harga banyak…”, LKH menjelaskan. PER adalah harga saham dibagi dengan EPS.

Pertimbangan lain yang menguatkan LKH untuk membeli saham INKP adalah Price to Book Value ratio (PBV). Di neraca INKP akhir September 2016 tertera ekuitas sebesar USD 2.717 juta. Dengan kurs Rp13.300 per USD, nilai buku (book value) ekuitas INKP adalah Rp36,1  Trilyun. Jika dibagi jumlah saham beredar sebanyak 5,47 milyar, nilai buku ekuitas per saham adalah Rp6.606. Harga saham INKP saat itu adalah Rp1000. Maka price to book value ratio adalah 0,15 kali (dari 1000 dibagi 6.606). “Harga saham INKP jauh di bawah nilai buku ekuitasnya. Sekali lagi, saham ini murah sekali dan salah harga banyak…”, kata LKH. “Ini adalah perusahaan besar dengan pendapatan dalam 9 bulan sebesar USD 2 milyar (sekitar Rp26,6 trilyun),” LKH menjelaskan lebih lanjut.

LKH juga mempertimbangkan aspek tata kelola dan prospek bidang usaha INKP. “Jika perusahaan bisa menghasilkan keuntungan selama 9 bulan sebesar USD 97 juta (sekitar  Rp1,3 Trilyun ), itu tandanya manajemennya bagus dan tata kelolanya juga baik. Kalau tata kelola perusahaan yang buruk, biasanya labanya tidak ada karena diambil oleh manajemen yang tidak berintegritas,” tegas LKH. “Selain itu, INKP adalah produsen pulp & paper terbesar di Indonesia. Bahkan Asia Pulp & Paper (yang memiliki saham mayoritas INKP) adalah produsen Pulp&Paper terbesar di dunia,” LKH menambahkan.

Setelah LKH membeli saham INKP di Januari 2017, beberapa bulan kemudian Laporan Keuangan INKP tahun 2016 mengindikasikan bahwa laba bersih INKP selama 2016 adalah USD 202 juta. Artinya, laba bersih INKP selama kwartal 4 tahun 2016 adalah USD 105 juta (dari USD 202 juta dikurangi USD 97 juta). Sebuah peningkatan yang luar biasa! Earnings per share selama Kwartal 4 tahun 2016 saja adalah Rp263. Angka ini di dapat dari USD 105 juta dikali kurs Rp13.750 dibagi jumlah saham beredar sebanyak 5,47 milyar. Jika angka EPS ini dipakai untuk mengestimasi EPS setahun kle depan, didapat Rp 1.052. Jika diasumsikan PER wajar adalah 10 kali, maka harga wajar INKP adalah sekitar Rp 10.000. Pada harga INKP di awal 2017 yang hanya Rp1000, margin of safety (MOS) saham ini sangat besar, mencapai 90% (dari 100% dikurangi 1000 dibagi 10.000). Semakin besar MOS semakin rendah risiko investor membeli sebuah saham kemahalan (overpriced).

Kinerja INKP selama tahun 2017 adalah luar biasa. EPS tahun 2017 adalah Rp1.023. Harga saham INKP di akhir 2017 adalah Rp5.500, sehingga PER nya masih sekitar 5,5 kali. Kinerja INKP di Kwartal 1 tahun 2018 semakin rancak. EPS di akhir Maret 2018 adalah Rp390, dan di akhir Juni 2018 adalah Rp896. Di titik ini, jika disetahunkan EPSnya adalah Rp1.792. Tidak heran jika saham INKP mencapai titik tertingginya di Juli 2018 pada harga Rp 20.475.

LKH mulai menjual saham INKP secara bertahap dari harga Rp5.675 hingga Rp20.475. Sebuah keputusan yang tepat karena saham INKP pada Kwartal 3 tahun 2018 mulai turun harganya setelah mencapai titik PER hampir 10x. Di akhir April 2019, harga saham INKP adalah Rp7.400.

LKH, untuk kesekian kalinya, berhasil “menyulap” saham jadi berlipat-lipat nilainya. Kali ini saham senilai Rp31 milyar menjadi Rp310 milyar (dengan asumsi LKH menjual di harga rata-rata Rp10.000 per saham) dalam tempo kurang dari 18 bulan.

Kenaikan harga saham INKP tidak hanya memperkaya LKH, tetapi juga membawa berkat bagi teman-temannya yang ikut membeli saham tersebut. Ada sahabatnya yang sudah cuci darah lebih dari 10 tahun, pendeta, seseorang yang ibunya sedang dirawat di ICU, dan masih banyak lagi.

Semoga menginspirasi....Sambil menjura.

Comments

  1. Tiket masuk ke wisata Jogja Gunungkidul Gunung Api Purba Nglanggeran ini sangatlah terjangkau yakni Rp15.000 /orang untuk siang hari

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

LO KHENG HONG-FIRST BIG RETURN

Syahdan, ada seorang investor saham bernama Lo Kheng Hong (LKH). Ia berasal dari keluarga yang tidak mampu. Tahun 1989, saat berusia 30 tahun, ia mulai berinvestasi saham sembari bekerja di bank. Tujuh tahun kemudian ia berhenti bekerja dan fokus berinvestasi saham. Kini ia telah sukses, dan dijuluki Warren Buffett of Indonesia. Mari kita belajar sejurus dua jurus dari “pendekar saham” yang rendah hati ini. Ciaaaaat! Jakarta, pertengahan Mei 1998. Gelombang kerusuhan rasial, krisis finansial dan gejolak politik menghanyutkan harga-harga saham di Bursa Efek Jakarta ke titik terendah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah turun sekitar 40% dibanding pada tahun 1997.    Kondisi suram penuh ketidakpastian ini berlanjut hingga 1999. Ketika mayoritas investor kabur dari bursa saham, menjual murah saham mereka secara panik, LKH justru sibuk mencari peluang membeli saham bagus dengan harga super diskon. Ia menganalisis laporan keuangan beberapa perusahaan yang harganya sudah jatuh

LO KHENG HONG DAN ANAK AYAM

Minggu lalu kita sudah belajar dari LKH bagaimana memanfaatkan krisis finansial sebagai batu loncatan untuk kaya. Ternyata krisis memiliki dua sisi: ancaman dan kesempatan. Bagi LKH krisis finansial 1998 membuka peluang untuk membeli saham PT. United Tractor, Tbk (UNTR) dengan harga super murah.  Namun salah jika kita berpikir bahwa saham super murah hanya bisa ditemukan saat krisis finansial. Setidaknya LKH membuktikan bahwa setelah mendapat cuan (profit) luar biasa dari saham UNTR, ia bisa menemukan saham sejenis pada kondisi bukan krisis finansial. Salah satunya adalah saham  PT Multibreeder Adirama Indonesia, Tbk (MBAI). MBAI adalah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang usaha pembibitan ayam, dengan hasil produk utamanya DOC ( Day Old Chicks ) alias anak ayam yang baru menetas. Mayoritas saham MBAI (sekitar 73 persen) dimiliki oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk (JPFA), perusahaan yang berbisnis pakan ternak hingga daging ayam.  LKH tertarik membeli s

LO LKHENG HONG DAN SAHAM PANIN FINANCIAL

Follow my IG: lukas_setiaatmaja IG: hungrystock PNLF yang dahulu dikenal sebagai PT Panin Life Tbk berdiri pada tahun 1974 sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi jiwa, dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1983. PNLF juga memiliki 46 persen saham PT. Panin bank, Tbk (PNBN). Maka dengan membeli saham PNLF, investor memiliki bisnis asuransi jiwa dan bank sekaligus.  LKH membeli 850 juta saham PNLF pada Kwartal 3 tahun 2011 di harga sekitar Rp100 per saham. Laporan keuangan PNLF per akhir Juni tahun 2011 menunjukkan PNLF memiliki aset Rp 9 trilyun, total utang Rp3,1 trilyun dan total ekuitas Rp5,9 trilyun. Jumlah saham beredar adalah 24 milyar. Artinya, nilai buku per saham saat itu adalah Rp241. Padahal harga pasar saham hanya Rp100 (sekitar 41% dari nilai buku). Kinerja keuangan PNLF termasuk bagus. Penghasilan bersih PNLF di semester pertama 2011 adalah Rp1,5 trilyun, laba bersihnya Rp308 milyar dan laba per sahamnya Rp 12,8.  LKH ter